Stratifikasi Hutan pada daerah tropik
pohon-pohonnya membentuk beberapa stratum yang tersusun satu di atas
yang lain. Namun di dalam hutan sedang tidak pernah ditemui lebih dari
dua stratum pohon, bahkan kadangkala hanya terdapat 1 stratum. Sementara
itu di dalam hutan hujan akan didapati 3 stratum bahkan lebih, yang
dicirikan dengan adanya susunan dari pohon-pohon yang diatur dalam tiga
tingkatan yang agak jelas. Tingkat pertama (dominan) membentuk satu
kanopi sempurna.
Kanopi merupakan
kumpulan tajuk (kesatuan tajuk) atas hutan yang rata-rata mempunyai
ketinggian 20-35 meter dan tumbuhnya rapat sehingga tajuknya saling
bertautan membentuk kesinambungan dan menjadi atap hutan. Hal ini
menyebabkan kondisi sekitar menjadi sejuk atau teduh tanpa sinar
matahari. Tumbuh-tumbuhan yang terdapat di kanopi umumnya berdaun tetapi
variasinya kurang. Permukaan daun rata dan mengkilap di kedua sisinya.
Di bawahnya terdapat suatu tingkatan lain dari pohon-pohon besar yang
juga membentuk kanopi yang sempurna. Lebih rendah lagi terdapat suatu
tingkatan dari pohon-pohon kecil yang terpencar.
Suatu
stratum pohon dapat membentuk suatu kanopi yang kontinu atau
diskontinu. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya tajuk-tajuk yang
saling bersentuhan secara lateral. Istilah kanopi adakalanya sinonim
dengan stratum. Kanopi berarti suatu lapisan yang sedikit banyak kontinu
dari tajuk-tajuk pohon yang tingginya mendekati sama, misalnya
permukaan yang tertutup. Atap dari hutan kadangkala juga disebut kanopi.
Di dalam hutan hujan, permukaan ini dapat dibentuk oleh tajuk-tajuk
dari stratum yang paling tinggi saja.
Stratifikasi tajuk dalam hutan hujan tropika dipisahkan oleh beberapa stratum antara lain:
- Stratum A: Merupakan lapisan teratas terdiri dari pohon-pohon yang tingginya sekitar 80 meter ke atas, misalnya Shorea sp. Di antaranya terdapat juga pohon yang rendah, tetapi umumnya tinggi pepohonan mencapai rata-rata 40-50 meter dan bertajuk tidak beraturan (diskontinu) sehingga tidak saling bersentuhan membentuk lapisan yang bersinambungan. Pepohonan tersebut umumnya mempunyai 3 atau 4 lapisan tajuk, batang yang tumbuh lurus, tinggi, serta batang bebas cabangnya cukup tinggi. Pada hutan stratum A ini banyak dijumpai liana-liana berbatang tebal, berkayu, bersifat herba dan epifit.
- Stratum B: Terdiri dari pohon-pohon yang mempunyai tinggi 18 - 30 meter dengan tajuk yang beraturan (kontinu). Batang pohon umumnya bercabang dan batang bebas cabangnya yang tidak begitu tinggi. Jenis pohon pada stratum ini kurang memerlukan cahaya atau tahan naungan (toleran).
- Stratum C: Terdiri dari pohon-pohon yang mempunyai tinggi 4-18 meter dan bertajuk kontinu. Pohon-pohon dalam stratum ini rendah, kecil dan banyak bercabang banyak. Lapisannya bersinambungan dan agak rapat.
- Stratum D: Terdiri dari lapisan perdu dan semak yang mempunyai tinggi 1-4 meter. Termasuk di dalamnya adalah pohon pohon muda, palma-palma kecil, herba besar dan pakupakuan besar.
- Stratum E: Terdiri dari lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah atau lapisan lapangan yang mempunyai tinggi 0-1 meter. Di daerah ini banyak dijumpai tanaman anak-anakan dan tumbuhan yang bersifat herba.
Meskipun
sudah dibedakan dalam stratum tetapi tidak menutup kemungkinan
timbulnya perbedaan antar stratum. Hal ini disebabkan keadaan tempat
tumbuh dan komposisi hutan yang berbeda. Misalnya, di dalam hutan hujan
campuran di Nigeria, Guyana dan Kalimantan Utara, tinggi rata-rata
stratum A dapat bervariasi antara 30-42 meter, stratum B antara 18-27
meter dan stratum C antara 8-14 meter.
Antara
stratum A dan terdapat B perbedaan yang jelas karena terdapat
diskontinuitas tajuk yang vertikal. Namun antara stratum B dan C
perbedaan ini umumnya kurang jelas, sehingga hanya dapat dibedakan
berdasarkan tinggi dan bentuk pohon saja. Di samping itu, tidak semua
hutan memiliki stratum seperti di atas, yang berarti hutan hanya
mempunyai stratum A-B atau A-C saja. Tetapi yang penting menurut
Richards (1952) ialah adanya peranan liana (tumbuh-tumbuhan pemanjat)
berkayu yang dapat menjadi bagian dari tajuk hutan.